Etis
dan Etika
Manusia,
dalam mengembangkan dirinya, selalu terikat dalam sebuah keseimbangan.
Keseimbangan antara raga dan pikiran, serta skill dengan kemauan. Kali ini kita
akan berbicara mengenai skill seseorang, lebih signifikan lagi dari pengembangan
skill seseorang, menjadi dasar etika dalam seseorang berprilaku. Skill itu
sendiri terbagi atas dua, yaitu Soft Skill dan Hard Skill. Keduanya adalah
faktor yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya.
Mengenai
hard skill, ini akan berkaitan dengan masalah-masalah teknis yang terkait
dengan ilmu pengetahuan. Seseorang akan dianggap mampu menyelesaikan satu
masalah pertama-tama dilihat dari latar belakang pendidikan. Latar belakang
pendidikan yang mumpuni dianggap memiliki pengetahuan yang luas, sehingga
menjadi anggapan itu sebagai syarat kecakapan. Hard skill juga menjadi
kenampakan seorang individu yang dapat dilihat langsung oleh orang-orang
disekitarnya. Oleh karena itu, hard skil menjadi hal yang lebih banyak dikejar
oleh orang-orang, karena dengan itu ada nilai prestige yang lebih nampak. Nilai
hard skill pun dapat dinilai dari kumpulan sertifikat yang dimiliki oleh
seseorang.
Beralih
ke soft skill. Dari arti katanya kita sudah tahu pasti skill ini akan halus
wujudnya, serta tidak akan ternag-terangan Nampak dimiliki oleh seseorang. Soft
skill disini berkaitan dengan personalitas seseorang. Mengenai soft skill
khususnya dalam menjalankan suatu usaha, akan berkaitan dengan materi terdahulu
mengenai integritas, abundance mentality dan maturity. Maturity disini bukan
sekedar dewasa secara usia, karena yang banyak terjadi adalah orang-orang yang
berusia sudah dewasa, tetapi malah bertingkah seperti “anak-anak”. Dewasa yang
dimaksud adalah kedawasaan yang dimiliki oleh orang-orang yang
ter-interdependensi. Ter-interdependensi sendiri artinya telah mampu membangun,
mengelola dan mengembangkan networking (jaringan) dengan orang-orang
disekitarnya. Tidak hanya sekedar sadar usianya saja. Feedback dari sikap yang
demikian, maka ia tidak akan mengkatagorikan seseorang sebagai musuh-nya,
melainkan sebagai “partner” namun yang bersimpangan jalan. Rasa sirik akan
dipupuskan perlahan-lahan jika ia semakin ter-interdependensi.
Soft
skill dan hard skill yang telah terkombinasi akan memunculkan sikap-sikap
seperti berikut ini; amanah, selalu berpikir positif dan berprilaku positif,
serta menjadikan orang-orang disekitarnya sebagai jaringan untuk pengembangan
diri. Setelah sadar akan hal demikian, maka diharapkan muncul mind set yang
mengarah pada penerapan dalam berprilaku sehari-hari.
Penerapannya,
seperti dalam memberikan suatu services. Dengan etika yang dibentuk dari mind
set seperti diatas, maka akan muncul beberapa sikap dalam memberikan service
kepada konsumen, antara lain; tidak memberikan sekedar Harapan Palsu dan
memberikan perhatian lebih. Seseorang yang beretika benar dalam menjalankan
usahanya, ia akan amanah dengan apa yang telah ia promosikan dan tidak sekedar
harapan palsu. Selanjutnya dengan perhatian lebih, karena mereka percaya bahwa
dengan memberikan perhatian tertentu terhadapa kepuasan konsumennya, ia dapat
membuka jaringan yang lebih luas lagi sehingga pengembangan usaha menjadi
optimal.