Laman

Kamis, 28 Maret 2013

Materi Kuliah ketiga Kewrausahaan (22-3-'13)


Kreatifitas dan Inovasi
Dalam Kewirausahaan
         
          Dalam setiap proses kehidupan, kita selalu akan menemui apa yang kita kenal sebagai “masalah”. Namun, hanya sebagian dari kita yang mengetahui definisi dari “masalah” atau “problem” itu sendiri. MASALAH / PROBLEM, adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Dalam menyelesaikan suatu “masalah”, setiap individu memiliki metode atau cara yang berbeda dalam menyelesaikannya. Menyelesaikan masalah adalah suatu kombinasi dari “thinking” dan “action”. Metode “thiking” atau “berpikir” seseorang secara garis besar dikelompokan sebagai berikut, Analytical,  Conceptual, Strategic,
 
          Dalam menyelesaikan ”masalah” atau “problem” orang yang telah ter-mind set secara “Analytical Thinking” akan menggunakan anggapan “Where’s The Problem?”. Anggapan berpikir demikian menuju pada letak dari masalah yang sedang dihadapi. Hal ini bisa dilihat dari cara bekerja seorang staff akuntan.

 Sebagai contoh, seorang  staff akuntan. Seorang staff akuntan akan diberikan berkas kerja oleh atasannya untuk dianalisis dimana letak kesalahannya. Setelah mengetahui kesalahannya, maka akan segera dilaporkan dan “cukup” sampai pada hal tersebut. Pola berpikir demikian adalah yang paling dasar dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan.

          Seorang yang telah ter-mind set secara “Conceptual Thinking” akan menggunakan anggapan “What’s The Solution”. Tingkat ini biasa dilakukan pada tingkatan manajerial intermediate. Seorang pada bagian manajerial bertugas untuk melaksanakan fungsi pengawasan, pelaksanaan kerja, mengorganisasi dan aksi dari kegiatan-kegiatan, dalam hal umum pada organisasi perusahaan. Metode berpikir conceptional seperti ini akan membawa pada pengamatan dari suatu problema untuk mencari solusi dan penyelesaiannya “pada saat itu”.
          Selanjutnya adalah “Strategic Thinking”. Metode berpikir seperti ini adalah metode berpikir para direksi suatu perusahaan. 

Mereka sudah mengembangkan pemikiran mereka dari dasar untuk melihat masalah, mencari penyelesaian dan merencanakan kedepan untuk langkah yang akan diambil dari perusahaan tersebut. Pemikiran ini menggunakan dasar anggapan “Learn Fom Problem to Get Solutions on The Future”. Pada metode ini tidak lagi terkungkung pada hal yang menyebabkan masalah. Dari masalah ini diambil solusi jangka panjang dan juga perencanaan yang lebih baik kedepannya.
          Metode cara berpikir ini bisa dikembangkan. Bukti nyatanya adalah dalam jenjang karir seseorang pada perusahaan. Pada masa awal berkerja, biasanya seseorang diangkat sebagai staff. Metode yang digunakan adalah “Analytical”. Jika kinerjanya dianggap baik dan mumpuni, ia dipromosikan ke jenjang manajerial seperti supervisor. Jenjang supervisor menggunakan pemikran “Conceptual”

Setelah jenjang manajerial, tingkat yang paling utama adalah direksi dimana jenjang ini yang menentukan jalan suatu perusahaan, karena jenjang inilah yang menentukan arah dan tujuan suatu organisasi perusahaan. Metode yang dikembangkan adalah “Strategic”.
          Asumsinya adalah, untuk mencapai jenjang direksi, sesorang membutuhkan waktu sekitar 20 tahun! Ini yang membedakan dalam kewirausahaan. Dalam kewirausahaan, seseorang dituntut untuk berpikir dari “Analytycal” menuju langsung kepada “Strategic”.

Hal ini tidaklah mudah dan mungkin amat sangat “tidak nyaman” serta membutuhkan pengorbanan besar. 
Ini bisa terjadi karena, dalam kewirausahaan, kita dianggap langsung sebagai direksi yang menentukan arah dan target dari usaha atau bisnis yang sedang kita jalankan. Dalam menghadapinya benar-benar dituntut suatu komitmen dan keseriusan.


          Banyak wirausahawan gagal karena mereka tidak berani terjung lanngsung kedalam pusat masalah dan menganggap suatu bisnis mereka sebagai sampingan. Faktanya, mereka perlu mengetahui akar dari masalah yang dihadapi dalam bisnis. Disini keseriusan benar-benar diuji.
jika dilihat kembali dari “loncatan” berpikir seorang wirausahawan dimana ia harus berpikir secara strategic, disini kombinasi antara kreatifitas dan inovasi berperan besar. Kreatifitas dapat dilatih, tetapi novasi muncul dari dalam diri. Seorang yang telah ter-mind set secara Strategical Thiking akan melihat peluang dari suatu keinginannya, ini masuk kepada point inovasi. Dalam eksekusi untuk mewujudkan inovasinya yang berkerja adalah daya kreatifitasnya. Kombinasi dari kedua hal ini adalah penentu seseorang dalam melangkah dibidang wirausaha.
          Namun, disadari atau tidak selalu ada sisi hitam dan putih dalam menjalankan suatu bisnis. Ada istilah “good bussines” dan “bad bussines”. Sesorang yang menjalani “good bussines”, perlembangannya akan lebih perlahan dibanding dengan mereka yang memanfaatkan “bad bussines”. Dalam contoh “bada bussines” disini adalah seperti kartel-kartel yang sekarang ini merebak.
Dari kenyataan tersebut, kembali lagi dari sikap dan sifat seorang wirausahawan yang ditekankan pada integritas, komitmen dan mentality. Dalam menjalankan proses inovasi dan kreasi, perlu dilandasi pula dengan hal tersebut. Segala hal yang dilandasi dengan tujuan dan kesungguhan yang kuat, sekalipun berat dijalankan dan menyakitkan untuk diikuti selalu akan berbuah manis pada akhirnya.