Kreatifitas dan Inovasi
Dalam Kewirausahaan
Dalam setiap
proses kehidupan, kita selalu akan menemui apa yang kita kenal sebagai “masalah”. Namun, hanya sebagian dari kita yang
mengetahui definisi dari “masalah” atau “problem” itu sendiri. MASALAH / PROBLEM, adalah
suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan
baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Dalam
menyelesaikan suatu “masalah”, setiap individu
memiliki metode atau cara yang berbeda dalam menyelesaikannya. Menyelesaikan
masalah adalah suatu kombinasi dari “thinking” dan
“action”. Metode “thiking” atau “berpikir”
seseorang secara garis besar dikelompokan sebagai berikut, Analytical, Conceptual, Strategic,
Dalam menyelesaikan ”masalah” atau “problem” orang yang telah ter-mind
set secara “Analytical Thinking” akan
menggunakan anggapan “Where’s The Problem?”.
Anggapan berpikir demikian menuju pada letak dari masalah yang sedang dihadapi.
Hal ini bisa dilihat dari cara bekerja seorang staff akuntan.
Sebagai
contoh, seorang staff akuntan. Seorang
staff akuntan akan diberikan berkas kerja oleh atasannya untuk dianalisis
dimana letak kesalahannya. Setelah mengetahui kesalahannya, maka akan segera
dilaporkan dan “cukup” sampai pada hal tersebut.
Pola berpikir demikian adalah yang paling dasar dalam menghadapi dan
menyelesaikan suatu permasalahan.
Seorang yang telah ter-mind set secara
“Conceptual Thinking” akan menggunakan anggapan
“What’s The Solution”. Tingkat ini biasa
dilakukan pada tingkatan manajerial intermediate. Seorang pada bagian
manajerial bertugas untuk melaksanakan fungsi pengawasan, pelaksanaan kerja,
mengorganisasi dan aksi dari kegiatan-kegiatan, dalam hal umum pada organisasi
perusahaan. Metode berpikir conceptional seperti ini akan membawa pada
pengamatan dari suatu problema untuk mencari solusi dan penyelesaiannya “pada saat itu”.
Selanjutnya adalah “Strategic Thinking”. Metode berpikir seperti ini
adalah metode berpikir para direksi suatu perusahaan.
Mereka
sudah mengembangkan pemikiran mereka dari dasar untuk melihat masalah, mencari
penyelesaian dan merencanakan kedepan untuk langkah yang akan diambil dari
perusahaan tersebut. Pemikiran ini menggunakan dasar anggapan “Learn Fom Problem to Get Solutions on The Future”.
Pada metode ini tidak lagi terkungkung pada hal yang menyebabkan masalah. Dari
masalah ini diambil solusi jangka panjang dan juga perencanaan yang lebih baik
kedepannya.
Metode cara berpikir ini bisa
dikembangkan. Bukti nyatanya adalah dalam jenjang karir seseorang pada
perusahaan. Pada masa awal berkerja, biasanya seseorang diangkat sebagai staff.
Metode yang digunakan adalah “Analytical”. Jika
kinerjanya dianggap baik dan mumpuni, ia dipromosikan ke jenjang manajerial
seperti supervisor. Jenjang supervisor menggunakan pemikran “Conceptual”.
Setelah
jenjang manajerial, tingkat yang paling utama adalah direksi dimana jenjang ini
yang menentukan jalan suatu perusahaan, karena jenjang inilah yang menentukan
arah dan tujuan suatu organisasi perusahaan. Metode yang dikembangkan adalah “Strategic”.
Asumsinya adalah, untuk mencapai jenjang
direksi, sesorang membutuhkan waktu sekitar 20 tahun! Ini yang membedakan dalam kewirausahaan. Dalam
kewirausahaan, seseorang dituntut untuk berpikir dari “Analytycal”
menuju langsung kepada “Strategic”.
Hal
ini tidaklah mudah dan mungkin amat sangat “tidak
nyaman” serta membutuhkan pengorbanan besar.
Ini
bisa terjadi karena, dalam kewirausahaan, kita dianggap langsung sebagai
direksi yang menentukan arah dan target dari usaha atau bisnis yang sedang kita
jalankan. Dalam menghadapinya benar-benar dituntut suatu komitmen dan
keseriusan.
Banyak wirausahawan gagal karena mereka
tidak berani terjung lanngsung kedalam pusat masalah dan menganggap suatu
bisnis mereka sebagai sampingan. Faktanya, mereka perlu mengetahui akar dari
masalah yang dihadapi dalam bisnis. Disini keseriusan benar-benar diuji.
jika
dilihat kembali dari “loncatan” berpikir seorang wirausahawan dimana ia harus
berpikir secara strategic, disini kombinasi antara kreatifitas dan inovasi
berperan besar. Kreatifitas dapat dilatih, tetapi novasi muncul dari dalam
diri. Seorang yang telah ter-mind set secara Strategical Thiking akan melihat
peluang dari suatu keinginannya, ini masuk kepada point inovasi. Dalam eksekusi
untuk mewujudkan inovasinya yang berkerja adalah daya kreatifitasnya. Kombinasi
dari kedua hal ini adalah penentu seseorang dalam melangkah dibidang wirausaha.
Namun, disadari atau tidak selalu ada
sisi hitam dan putih dalam menjalankan suatu bisnis. Ada istilah “good bussines” dan “bad bussines”. Sesorang yang
menjalani “good bussines”, perlembangannya akan lebih perlahan dibanding dengan
mereka yang memanfaatkan “bad bussines”. Dalam contoh “bada bussines” disini
adalah seperti kartel-kartel yang sekarang ini merebak.
Dari
kenyataan tersebut, kembali lagi dari sikap dan sifat seorang wirausahawan yang
ditekankan pada integritas, komitmen dan mentality. Dalam menjalankan proses
inovasi dan kreasi, perlu dilandasi pula dengan hal tersebut. Segala hal yang
dilandasi dengan tujuan dan kesungguhan yang kuat, sekalipun berat dijalankan
dan menyakitkan untuk diikuti selalu akan berbuah manis pada akhirnya.