Laman

Senin, 24 Juni 2013

Makalah Tokoh Kewirausahaan Nasional

Ciputra
Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap sebagai mata-mata Belanda.
Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Menado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..?     
Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya. Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya.          
Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.      
Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta. Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali.
Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.       
Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan.
Jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.          
Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya.
Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.       
PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.            
Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar.
Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21.
           
Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.

Kamis, 13 Juni 2013

materi kuliah kewirausahaan kesepuluh (30-5-'13)



Etis dan Etika

       Manusia, dalam mengembangkan dirinya, selalu terikat dalam sebuah keseimbangan. Keseimbangan antara raga dan pikiran, serta skill dengan kemauan. Kali ini kita akan berbicara mengenai skill seseorang, lebih signifikan lagi dari pengembangan skill seseorang, menjadi dasar etika dalam seseorang berprilaku. Skill itu sendiri terbagi atas dua, yaitu Soft Skill dan Hard Skill. Keduanya adalah faktor yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya.

       Mengenai hard skill, ini akan berkaitan dengan masalah-masalah teknis yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Seseorang akan dianggap mampu menyelesaikan satu masalah pertama-tama dilihat dari latar belakang pendidikan. Latar belakang pendidikan yang mumpuni dianggap memiliki pengetahuan yang luas, sehingga menjadi anggapan itu sebagai syarat kecakapan. Hard skill juga menjadi kenampakan seorang individu yang dapat dilihat langsung oleh orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, hard skil menjadi hal yang lebih banyak dikejar oleh orang-orang, karena dengan itu ada nilai prestige yang lebih nampak. Nilai hard skill pun dapat dinilai dari kumpulan sertifikat yang dimiliki oleh seseorang.
       Beralih ke soft skill. Dari arti katanya kita sudah tahu pasti skill ini akan halus wujudnya, serta tidak akan ternag-terangan Nampak dimiliki oleh seseorang. Soft skill disini berkaitan dengan personalitas seseorang. Mengenai soft skill khususnya dalam menjalankan suatu usaha, akan berkaitan dengan materi terdahulu mengenai integritas, abundance mentality dan maturity. Maturity disini bukan sekedar dewasa secara usia, karena yang banyak terjadi adalah orang-orang yang berusia sudah dewasa, tetapi malah bertingkah seperti “anak-anak”. Dewasa yang dimaksud adalah kedawasaan yang dimiliki oleh orang-orang yang ter-interdependensi. Ter-interdependensi sendiri artinya telah mampu membangun, mengelola dan mengembangkan networking (jaringan) dengan orang-orang disekitarnya. Tidak hanya sekedar sadar usianya saja. Feedback dari sikap yang demikian, maka ia tidak akan mengkatagorikan seseorang sebagai musuh-nya, melainkan sebagai “partner” namun yang bersimpangan jalan. Rasa sirik akan dipupuskan perlahan-lahan jika ia semakin ter-interdependensi.
       Soft skill dan hard skill yang telah terkombinasi akan memunculkan sikap-sikap seperti berikut ini; amanah, selalu berpikir positif dan berprilaku positif, serta menjadikan orang-orang disekitarnya sebagai jaringan untuk pengembangan diri. Setelah sadar akan hal demikian, maka diharapkan muncul mind set yang mengarah pada penerapan dalam berprilaku sehari-hari

       Penerapannya, seperti dalam memberikan suatu services. Dengan etika yang dibentuk dari mind set seperti diatas, maka akan muncul beberapa sikap dalam memberikan service kepada konsumen, antara lain; tidak memberikan sekedar Harapan Palsu dan memberikan perhatian lebih. Seseorang yang beretika benar dalam menjalankan usahanya, ia akan amanah dengan apa yang telah ia promosikan dan tidak sekedar harapan palsu. Selanjutnya dengan perhatian lebih, karena mereka percaya bahwa dengan memberikan perhatian tertentu terhadapa kepuasan konsumennya, ia dapat membuka jaringan yang lebih luas lagi sehingga pengembangan usaha menjadi optimal.        

Kamis, 06 Juni 2013

materi kuliah kewirausahaan ke-sembilan (31-6-'13)



Mengenali cara berpikir dan cara mengorganisasi hidup,

       Seperti materi yang telah dibahas sebelumnya, materi ini masih berkaitan dengan  kepribadian. Melanjutkan, masih ada dua pasang kepribadian berdasarkan MBTI yaitu kepribadian Thinking (T) dengan Feeling (F) dan Judging (J) dengan Pierchieving (P).
       Kepribadian thinking (T) dengan  Feeling (F) berkaitan dengan bagaimana cara orang dalam mencari kesimpulan atau cara  berpikir. Kepribadian tipe T adalah orang-orang yang dalam berpikir selalu mengutamakan kesesuaian sistem yang berlaku dan segalanya harus sesuai dengan norma-norma. Dengan kata lain, jika seseorang dalam tipe ini menemui suatu kesalahan dari orang lain, maka ia akan menunjuk orang itu sebagai yang bertanggung jawab karena berpegang teguh pada pola yang logis. 

Orang dengan tipe ini akan berorientasi pada masalah yang ia hadapi . Sedangkan, kebalikan dari tipe T, orang-orang dengan tipe F lebih berorintasi pada feel atau perasaan mereka. Mereka memiliki orientasi pada orang-orang yang terkait pada suatu permasalahan. Maka, jika ia menemui kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, maka ia akan benar-benar mempertimbangkan keputusan yang akan diambil.
       Selanjutnya adalah kepada cara mengorganisasi hidup. Kepribadian pada pengamatan ini dibagi menjadi kepribadian tipe Judging (J) dan Proses (P). dalam menjalani hidup, pasti setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam memandang kehidupannya. Dengan cara pandang yang berbeda, maka cara mengorganisasi kehidupannya pun berbeda. Tipe J memiliki orientasi pada hasil. Seseorang dengan tipe ini kebanyakan memegang prinsip “tugas yang sesempurna mungkin dengan setiap proses didalamnya”. Mereka lebih memilih telat dalam mengumpulkan suatu tugas demi tugas yang mereka buat selesai dengan hal sebaik-baiknya. Berbeda dengan tipe J. mereka akan berorientasi pada hasil yang akan didapat. Bagi mereka, hasil akan memberikan suatu kepuasan yang nyata dan kurang memperhatikan langkah-langkah yang mereka jalani. 

      

Setelah empat pasang tipe ini lengkap, maka dapat ditarik sebuah keterangan untuk mengenal kepribadian seseorang itu. Kita dapat mengenal dari cara mereka mendapat energi (I dan E), cara mengumpulkan informasi (S dan N) serta seperti yang terkandung dalam materi ini. Jika dikaitkan dan dihubungkan, maka akan terbentuk suatu rantai hubungan kepribadian individu.
       Telah dibahas sebelumnya, mengenai tujuan pengenalan ini adalah memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dengan mengenal orang lain, kita dapat mengetahui “selera” mereka. Dengan kita mengetahui selera mereka, baik orang-orang dalam organisasi usaha kita (partner) dan orang-orang diluar, keputusan yang dapat kita ambil menjadi lebih tertata dan terarah. Modal dasar dalam memulai langkah wirausaha adalah berani membuat keputusan tetapi keputusan itu adalah sesuatu yang sudah terencana dengan baik. Memperkuat dasar akan menjaga bangunan usaha yang kita bangun lebih kokoh lagi. 

Jangan khawatir orang lain tidak mengenal dirimu, tapi khawatirlah jika tidak mampu mengenal orang lain.

Kamis, 30 Mei 2013

materi kuliah ke-delapan kewirausahaan (24-5-'13)

Personality dan pengaruhnya dalam kewirausahaan

Seperti bahasan terdahulu, dalam sebuah usaha pasti akan selalu berkaitan dengan hubungan dua sisi dari organisasi dan sumber daya manusianya. Sumber daya manusia sebagai partikel penyusun suatu organisasi memiliki banyak hal yang harus dimengerti satu dengan yang lainnya. Kali ini yang akan dibahas adalah mengenai personality, atau kepribadian suatu individu. Harus dipahami bahwa individu yang satu dengan yang lainnya berbeda dan memiliki ciri khas masing-masing. Dalam dunia psikologi ada istilah tes MBTI untuk mengetahui kepribadian seseorang. MBTI dikenal juga dengan klasifikasi kepribadian.  

Tujuan dari mengetahui kepribadian seseorang adalah untuk membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain. Berbeda kepribadian, berbeda cara pula bagi kita untuk berkomunikasi. Organisasi tentu saja terdiri dari banyak orang dan kompleks dengan kepribadian yang berbeda pula. Selain dalam menentukan cara kita dalam berkomunikasi, dalam organisasi juga berpengaruh dalam penentuan dan pembagian tugas yang sesuai agar mencapai tujuan yang maksimal. Hal ini menjadi sangat kritis dan strategis sebagai dasar mengembangkan suatu organisasi.
Dalam klasifikasi kepribadian ada 4 pasang kepribadian. Untuk kesempatan ini akan dibahas dua pasang terlebih dahulu. Yang pertama adalah,
Yang pertama adalah, Kepribadian extrovert (E) dengan kepribadian introvert (I). jika mendengar dua istilah ini yang akan terbayang adalah antara seorang yang pendiam dengan seorang yang cerewet. Pandangan ini tidak seratus persen tepat. Kepribadian extrovert sendiri adalah kepribadian seseorang yang lebih suka bergaul keluar dan bertemu dengan orang banyak. Dalam istilahnya “one to mass”. Sedangkan kepribadian introvert merupakan sebaliknya, dimana kepribadian ini lebih nyaman “sendiri”, dan lebih suka berkomunikasi secara “one to one”.







Memandang dari sisi organisasional, kedua kepribadian ini bisa dilihat dari orientasi-nya. Sesorang yang introvert akan berorientasi pada tugas “task oriented”. Kepribadian extrovert akan berorientasi pada hubungan dengan orang lain “people oriented”. Kepribadian extrovert akan lebih baik dalam menentukan konsep, dan dalam menentukan pilihan melalui voting atau secara langsung. Sedangkan, kepribadian introvert akan lebih baik pada penugasan karena lebih berfokus pada tugas yang diberikan dan akan terkesan hanya “ikut-ikutan” saja jika dalam proses pengambilan keputusan.
Tipe kepribadian yang kedua adalah, kepribadian  sensing (S) dan intuiting (N). seseorang dengan kepribadian sensing, akan tergerak dan mempercayai sesuatu berdasarkan apa yang ia rasakan langsung dari kelima inderanya. Atau dikatakan sebagai “data based”, karena tipe ini dalam mengambil keputusan akan selalu berdasarkan kepada data-data faktual. Tipe intuiting akan bergerak berdasarkan perasaan/feeling yang ia sedang rasakan. Seseorang denga tipe ini akan lebih percaya pada perasaan dibandingkan dengan data-data yang telah ada.

Jika kita amati, dalam satu pasang kepribadian, posisinya justru berlawanan. Tetapi, jika kita jeli dan mengetahui keadaannya, keadaan berlawanan ini akan menjadi suatu kekuatan tersendiri yang saling melengkapi. Seorang yang extrovert, jika dalam suatu organisasi dapat menjadi pencari konsep yang baik dan aktif, tapi jika hanya ia dibiarkan sendiri, konsep yang ia dapat tidak akan mampu direalisasikan. Maka, dibutuhkan seorang lain yang memiliki tipe introvert sebagai pelaksana yang baik dari konsep yang telah didapat.
Pasangan tipe kepribadian yang kedua  akan berpengaruh dalam cara kita mencari keputusan yang tepat. Jika dalam suatu presentasi, kita dihadapkan pada kumpulan orang-orang yang memiliki tipe sensing, maka berikanlah data-data akurat agar mereka percaya dan presentasi dapat berhasil. Jika yang kita hadapi adalah orang-ornag intuiting, maka ajaklah mereka berpikir dan tunjukkan hal-hal yang dapat memerkuat feel mereka pada apa yang kita sajikan.
Seorang wirausahawan, memerlukan dasar dari hal-hal ini agar mampu mengembangkan usahanya. Jika bagian internal seperti ini maampu dikuasai, ini dapat menjadi dasar yang baik untuk kedepannya. Semakin kita mampu mengenal orang lain, semakin kita dapat mencari peluang untuk maju lebih baik lagi.