Laman

Kamis, 23 Mei 2013

materi kuliah ke-tujuh kewirausahaan (17-5-'13)


Bagaimana Mengelola Usaha?

          Jika berbicara mengenai usaha, dalam hal ini diruang lingkup kewirausahaan, hal yang paling utama adalah mengenai konsep tentang usaha yang akan dikembangkan. Dalam pembahasan terdahulu hal-hal mengenai konsep usaha sudah diterangkan dengan terperinci, namun ada satu lagi bagian yang tidak kalah penting yang berkaitan dengan usaha yang dibangun, yaitu sistem pengendalian internal usaha tersebut. Jika berkaitan dengan internal suatu usaha, maka akan muncul dua sisi yang saling melegkapi. Sisi pertama adalah system manajerial dan sisi yang lain adalah individu sumber daya manusia dalam usaha tersebut.
          Individu sumber daya manusia merupakan partisi yang kecil namun ia merupakan penyusun system manajerial. Untuk menjadi sumber daya manusia yang mampu menjadi pelopor yang baik, ada sebuah konsep mengenai hal tersebut, yaitu konsep “BRIGHT People”. Yang dimaksud BRIGHT dalam konsep ini adalah menjadi pribadi yang siap menjadi penerang dalam suasana yang temaram dan gelap, menjadi inspirasi dan panutan dalam sebuah proses pembaharuan.
          Ada tiga kriteria dalam menuju konsep pribadi yang BRIGHT yaitu,
1.             Paradigm (paradigma)
Konsep BRIGHT people adalah untuk menjadi pelopor dan menjadi suatu contoh bagi orang banyak. Paradigm yang diangkat disini adalah paradigm positif yang selalu kita timbulkan. Ada suatu keadaa, dimana suasana hati satu orang bisa berpengaruh banyak dengan suasana suatu kelompok. Jika kita berada dalam suatu rapat, dalam rapat itu semua yang hadir dalam keadaan semangat dan penuh dengan ide yang siap dibagi. Namun, secara tiba-tiba, seorang pimpinan rapat datang dengan raut wajah yang tidak bersahabat, kucel dan benar-benar memancarkan citra negative, maka akan secara langsung merubah suasana dalam rapat itu menjadi suram dan angker.
Oleh karena itu, maka seorang yang menuju BRIGHT ini harus mencoba menghindarkan diri dari hal tersebut. memang harus diakui, jika suasana hati dirumah amat sulit ditutupi jika dibawa keluar. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan citra diri sebagai seorang yang selalu menciptakan suasan yang terang dengan citra diri yang positif. Dengan paradigma yang telah diwujudkan sedemikian rupa akan menciptakan suasana cerah tersendiri. Paradigma yang harus diwujudkan adalah mind set kita sebagai seorang yang always happy to be success.

2.            Competency (kompetensi)
Individu yang dianggap handal jika ia memiliki suatu kompetensi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun darimana sajakah mewujudkan kompetensi itu sendiri? Ada tiga bagian yang harus dipahami dan menjadi dasar pembangunan kompetensi diri, yaitu;
Brain: berkaitan dengan intellectual Capital. 
Dua modal dasar dari intellectual capital disini adalah knowledge dan skill. Seseorang yang berpendidikan tinggi dianggap memiliki knowledge atau pengetahuan yang tinggi pula, namun kebanyakan masih kurang dalam skill. Untuk mewujudkan keseimbangan diantara keduanya, maka ada hal-hal tambahan yang harus dicapai pula. Misalnya, mengumpulkan sertifikat pelatihan atau seminar-seminar tertentu. Targetkanlah jumlah sertifikat yang hendak kita dapat agar ada tujuan yang jelas dan terarah.

Right: berkaitan dengan Spritual Capital. 
Selain mengenai kriteria jasmani, perlu juga “kehandalan” rohani. Right diartikan sebelah kanan yang berarti hal yang baik, pernyataan tepat, benar dan hal posotif lainnya. Jadi semua menekankan pada kemampuan kita dalam menilai dan menjalankan kebenaran.

Talent: berkaitan dengan passion seseorang. 
Seseorang yang minatnya telah ia tentukan dan arahkan, tentu akan dengan sungguh-sungguh mewujudkannya. 
Seseorang akan selalu berharap dan berusaha mencari hal-hal yang mendukung passion dan sesuai dengan passionnya agar semuanya dapat maksimal.
Brain menyumbang 30% dari keseluruhan kompetensi, sedangkan 70% merupakan bagian dari Right dan Talent. Dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia, kebanyakan yang dipacu adalah 30% itu, sedangkan 70% sisanya hampir tidak diuji dan dilatih. Para mahasiswa harus melatih dan menemukan 70% faktor itu sendiri dan sangat rawan salah arah. Selain itu, kompetensi ini harus dibuktikan dan harus siap diuji jika sudah lepas dari dunia pendidikan.

3.            Behavior
Kebanyakan orang-orang dalam memberikan sesuatu selalu mengharapkan ada balasan atau meminta imbalan secara langsung dari apa yang ia kerjakan. Namun yang ditekankan dalam behavior disini adalah, bagaimana kita menjadi pribadi yang mengutamakan “giving” se-optimal mungkin. Sedangkan dalam tindak lanjutnya, membiarkan seseorang memberikan penilaian dari apa yang telah kita kerjakan. Dengan begitu, kita memiliki “nilai” lebih dan mendapatkan image sebagai seseorang yang kehandalannya dapat  diacungi jempol.

Setelah faktor-faktor BRIGHT diatas telah siap, maka kita akan siap terjun langsung ke sisi manajerial dan sistem. Disini, kita dapat berperan sebagai seorang pemimpin. Pemimpin dan memipin adalah kemampuan pokok dalam mengembangkan diri sesuai dengan jiwa kewirausahaan.
Berkaitan dengan suatu sistem manajerial, maka akan berkaitan erat pula dengan visi dan misi. Visi adalah ingin menjadi apakah kita? Sedangkan misi, dalam menyimpulkannya ada lewat beberapa pertanyaan mendalam seperti, mengapa kita berada dalam suatu sistem manajerial? keuntungan apa sajakah yang bisa didapat? Dari sini kita akan mengenal dan menilai, rekan yang mampu dan sesuai yang dapat kita ajak dalam menjalankan sistem manajerial tersebut.
Sebuah analogi mengenai bright people ini adalah tentang lampu neon. Lampu neon akan menyala terang jika daya dan tegangannya sesuai. Jika terlalu rendah dayanya, nyalanya akan redup, dan jika terlalu tinggi dayanya akan cepat putus. Know yourself, carilah bidang yang sesuai dengan kompetensi anda. 
Jangan memaksakan diri dengan standar yang terlalu tinggi jika tidak ingin menyebabkan stress karena kita tidak mampu. Dan, jangan mencari yang terlalu rendah jika kita mampu lebih, karena akan percuma jika pikiran yang cemerlang hanya berkutat dengan hal-hal yang terlalu rendah.